AKU DI DUNIA....
Refleksi
atas aku mengatakan bahwa aku selalu aku yang melalui badanku hadir di dunia.
Aku yang terlepas dari dunia tidak kutemukan. Tidak ada aku “an sich” . Tak
mungkin memikirkan suatu “cara-berada-manusia” yang sekaligus stau “cara-berada
– di dunia”.
Dalam segala
hal yang dikatakan tentang aku, dunia telah hadi …
Misalnya ,
aku sadar akan diriku sebagai mahasiswa,
sebagai dosen, sebagai saudagar,sebagai pencuri. Segala cara berada ini adalah
suatu cara berada didunia. Hal tu sama saja dikatakan : aku berduka cita,
bersukacita, merasa bosan. Dalam tiap kajain ini dunia dengan wajah tertentu
terarah kepadaku.
Aku menjadi
aku berkat stau pertemuan dengan sesame di dunia. Dalam segala kegiatan, dunia
ikut terlibat. Manusia sibuk karena sibuk dengan dunia. Manusia seolah olah
diluar dirinya sendiri , sekaligus juga hadir pada dirinya. Inilah yang
dimaksud kalau dikatakan tidak ada aku yang terlepas dari dunia.
Tidak ada
dunia tanpa manusia…..
Semua yang
dikatakan dunia mengandaikan kehadiran manusia. Suatu dunia dimana manusia
tidak hadir , tidak mungkin ada. Dunia selalu suatu dunia manusiawi. Dunia
selalu menunjuk kepada manusia.
Kebun yang
tampak terpelihara tidak dapat dimengerti tanpa membayangkan adanya orang yang
merawatnya..
Tempat
sampah, kota, mobil, desa, semuanya ini menunjuk kepada manusia.
Gunung yang
tinggi, danau yang indah, batu yang licin, rumput yang hijau, bunga yang harum,
dan burung-burung yang berkicau, mengandaikan manusia yang berbadan, manusia
yang melihat dan mendengarnya. Tanpa manusia tidak ada dunia yang indah, hijau
ataupun harum.
Mungkin
orang berkata bahawa ilmu kimia memstikan bahwa air mempunyai susunan
molekul yang terdiri dari H2O. kebenaran
itu tetap berlaku entah manusia ada atau tidak. Walaupun demikian, ilmu kimia
tidak lepas dari manusia yang bertanya dan manusia yang mencari jawaban atas
pertanyaannya dengan metode metode tertentu. Kehadiran manusia tak terhapuskan.
Dunia memperlihatkan wajahnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan metode
pendekatan yang diterapkan.
Mungkin
orang berkata, “terbukti bahwa dunia sudah ada sebelum adanya manusia”, dan itu
memang benar. Tetapi manusia lah yang mengiyakan danya suatu dunia sebelum
manusia. Manusialah yang berkata “ dunia itu ada sebelum manusia”.
Dengan refleksi atas menusia sebagai
eksistensi , maka semakin disadari eratnya relasi antara dunia dan manusia .
segalanya menjadi “relative” karena relasi kepada orang tak mungkin terhapus.
Dapatkah dunia yang relative itu sekaligus objektif?apakah relativitas itu
harus disamakan dengan relativisme??
Ekistensi sebagai pengalaman asasi
Manusia
bukanlah objek belaka, malainkan juga subjek. Filsafat harus kembali kepada
pengalaman asasi. Pengalaaman itu menyatakan bahwa manusia adalah eksistensi.
Apa yang
di makssud dengan istilah eksistensi????
kata ” eksistensi” dalam filsafat eksistensilisme adalah suatu istilah filosofis yang mengandung arti khusus. Kata “eksistensi” dikhususkan untuk cara berada manusia yang khas. Hanya manusia lah yang bereksistensi
kata ” eksistensi” dalam filsafat eksistensilisme adalah suatu istilah filosofis yang mengandung arti khusus. Kata “eksistensi” dikhususkan untuk cara berada manusia yang khas. Hanya manusia lah yang bereksistensi
Dengan
mengatakan bahwa manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri
sebagai aku dengan keluarnya dari dirinya. Tidaka da aku yang terpisah dari
dunia. Refleksi filosofis yang terkritik tolakk dari aku yang terpisah dari
duniamenajdi idealism, dan refleksi filosofis yang bertolak dari suatu dunia
yang terpisah dari aku menjadi materialsme. Hal ini bertentangan dengan
pengalaman asasi manusia
Referensi
Adelbert
Snijders, Antropologi filsafat: Manusia
Paradoks dan Seruan : PT Kanisius, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar