Jumat, 09 Desember 2016

AKU DI DUNIA

AKU DI DUNIA....

Refleksi atas aku mengatakan bahwa aku selalu aku yang melalui badanku hadir di dunia. Aku yang terlepas dari dunia tidak kutemukan. Tidak ada aku “an sich” . Tak mungkin memikirkan suatu “cara-berada-manusia” yang sekaligus stau “cara-berada – di dunia”.
Dalam segala hal yang dikatakan tentang aku, dunia telah hadi …
Misalnya , aku  sadar akan diriku sebagai mahasiswa, sebagai dosen, sebagai saudagar,sebagai pencuri. Segala cara berada ini adalah suatu cara berada didunia. Hal tu sama saja dikatakan : aku berduka cita, bersukacita, merasa bosan. Dalam tiap kajain ini dunia dengan wajah tertentu terarah kepadaku.
Aku menjadi aku berkat stau pertemuan dengan sesame di dunia. Dalam segala kegiatan, dunia ikut terlibat. Manusia sibuk karena sibuk dengan dunia. Manusia seolah olah diluar dirinya sendiri , sekaligus juga hadir pada dirinya. Inilah yang dimaksud kalau dikatakan tidak ada aku yang terlepas dari dunia.
Tidak ada dunia tanpa manusia…..
Semua yang dikatakan dunia mengandaikan kehadiran manusia. Suatu dunia dimana manusia tidak hadir , tidak mungkin ada. Dunia selalu suatu dunia manusiawi. Dunia selalu menunjuk kepada manusia.
Kebun yang tampak terpelihara tidak dapat dimengerti tanpa membayangkan adanya orang yang merawatnya..
Tempat sampah, kota, mobil, desa, semuanya ini menunjuk kepada manusia.
Gunung yang tinggi, danau yang indah, batu yang licin, rumput yang hijau, bunga yang harum, dan burung-burung yang berkicau, mengandaikan manusia yang berbadan, manusia yang melihat dan mendengarnya. Tanpa manusia tidak ada dunia yang indah, hijau ataupun harum.
Mungkin orang berkata bahawa ilmu kimia memstikan bahwa air mempunyai susunan molekul  yang terdiri dari H2O. kebenaran itu tetap berlaku entah manusia ada atau tidak. Walaupun demikian, ilmu kimia tidak lepas dari manusia yang bertanya dan manusia yang mencari jawaban atas pertanyaannya dengan metode metode tertentu. Kehadiran manusia tak terhapuskan. Dunia memperlihatkan wajahnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan metode pendekatan yang diterapkan.
Mungkin orang berkata, “terbukti bahwa dunia sudah ada sebelum adanya manusia”, dan itu memang benar. Tetapi manusia lah yang mengiyakan danya suatu dunia sebelum manusia. Manusialah yang berkata “ dunia itu ada sebelum manusia”.
 Dengan refleksi atas menusia sebagai eksistensi , maka semakin disadari eratnya relasi antara dunia dan manusia . segalanya menjadi “relative” karena relasi kepada orang tak mungkin terhapus. Dapatkah dunia yang relative itu sekaligus objektif?apakah relativitas itu harus disamakan dengan relativisme??


Ekistensi sebagai pengalaman asasi
Manusia bukanlah objek belaka, malainkan juga subjek. Filsafat harus kembali kepada pengalaman asasi. Pengalaaman itu menyatakan bahwa manusia adalah eksistensi.
Apa yang di  makssud dengan istilah eksistensi????
kata ” eksistensi” dalam filsafat eksistensilisme adalah suatu istilah filosofis yang mengandung arti khusus. Kata “eksistensi” dikhususkan untuk cara berada manusia yang khas. Hanya manusia lah yang bereksistensi
Dengan mengatakan bahwa manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluarnya dari dirinya. Tidaka da aku yang terpisah dari dunia. Refleksi filosofis yang terkritik tolakk dari aku yang terpisah dari duniamenajdi idealism, dan refleksi filosofis yang bertolak dari suatu dunia yang terpisah dari aku menjadi materialsme. Hal ini bertentangan dengan pengalaman asasi manusia



Referensi

Adelbert Snijders, Antropologi filsafat: Manusia Paradoks dan Seruan : PT Kanisius, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar