Senin, 26 Desember 2016

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA



Filsafat Agama

Filsafat agama pada umumnya , ini adalah hasil pemikiran dasar-dasar agama yang besifat analitis rasional dan kritis, tetapi bebas (terlepas) dari ajaran – ajaran agama. Dalam pembahasannya tentang ajaran – ajaran agama disatu pihak membenarkan dan di lain pihak bisa bersifat mengingkarinya atau menentangnya.

Filsafat suatu agama atau theology (ilmu agama) membahas dasar-dasar yang terdalam tentang suatu agama tertentu, misalnya theology Islam, theology Nasrani dan theology yahudi. Pembahasannya masing-masing tidak lagi mempermasalahkan kebenaran agama yang dibahasnya itu, karena telah di terima sepenuhnya sebagai kebenaran, sifat pembahasannya juga bersifat analitis, rational dan kritis dengan tujuan memberikan alasan rational dan pembenaran agama itu.

Jadi tugas filsafat disini ialah berusaha mengantar ajaran-ajaran agama itu kedalam budi manusia sehingga dapatlah diterima dan dipahami sepenuhnya secara rational.

Filsafat dengan Causa Prima

Dalam pada itu filsafat sendiri dalam usahanya menunjukkan apa yang terdalam dengan barang-barang, dalam manusia dan dunia maka sampailah pada pengertian tentang sebab pertama (causa pria) pada yang Mutlak dan menerangkan bahwa sebab pertama dan tujuan akhir ini bukanlah hanya “sesuatu” melainkan suatu “Zat Yang Maha Sempurna”  . dan ini sesuai dengan keyakinan yang hidup dalam hati setip orang , bahwa ada sesuatu  yang mengatasi manusai dan dunia, sesuatu yang lebih luhur, lebih tinggi dan lebih mendalam.

Jadi filsafat sendiri menunjukkan kepada “Yang mengatasi segala-galanya” dan bersama –sama dengan itu mengakui batas-batasnya sendiri. Bahwa kita berhadapan dengan rahasia tentang manusia dan dunia. Akan tetapi jika filsafat berdasarkan logika yang sehat dan tajam, mengatakan bahwa “setiap orang wajib mengabdi kepada Tuhan , harus idup sebagai hamba Allah (ini berlaku umum, bagi setiap orang demikian pula bagi mereka yang tidak beragama) maka timbullah pertanyaan : bagaimanakah tuntutan kodrat kita ini harus di laksanakan dalam kodratnya?

Filsafat dan eksistensi wahyu Allah

Dilihat dari sudut filsafat harus diakui mungkinnya wahyu Allah itu. Mungkin justru wahyu Allah inilah menunjukkann bagaima kehendak Tuhan yang nyata, bagaimana caranya melaksanakan tuntutan kodrat kita.

Memang dan ini tetap kita pertahankan bahwa filsafat memberikan petunjuk – petunjuk dan ukuran-ukuran yang benar dan yang harus dilaksanakan (tentang hidup kesusilaan, kebenaran, kebaikan , kehidupan bersama dan sebagainya).

Jadi titik terakhir yang dapat dicapai oleh filsafat ialah demikian : saya berhadapan dengan kegaiban dan keajaiban realitas. Baik realitasku sendiri maupun realitas / kenyataan diluarku . menginat bahwa realitas yang tertinggi ialah Maha realitas, Sumber ada, Tuhan….

Maka tidak lah mungkin bahwa ada kemungkinan lain, kemungkinan yang lebih luas dan lebih dalam lagi untuk memenuhi kehausan jiwa dan hatiku?

Semua dorongan yang da pada manusia itu tak lain ialah dorongan untuk bahagia….



Referensi

Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar