Selasa, 27 Desember 2016

"Antara Ada Dan Tiada"

Antara Ada Dan Tiada

Seperti yang diketahui, objek filsafat berupa yang ada dan yang mungkin ada. Di dalam filsafat sebuah eksistensi terikat ruang dan waktu. Seperti misalnya Apakah yang dimaksud ‘ada’? Mengapa yang ‘tidak ada’ itu ‘ada’? Dalam pemikiran pada umumnya, jika suatu objek dianggap ada maka objek tersebut eksis secara nyata. Artinya objek tersebut dapat dilihat, disentuh maupun dirasakan keberadaannya. Sedangkan yang tidak ada berarti nihil, atau tidak nampak, tidak dapat disentuh dan dirasakan keberadaannya.
Dalam filsafat, keberadaan suatu objek dikaitkan dengan ruang dan waktu. ‘Tidak ada’ tidak berarti tidak eksis, sedangkan yang ‘ada’ tidak berarti objek tersebut selalu ada. ‘Tidak ada’ bisa juga disebut ‘ada’. Mengapa bisa demikian? Seperti yang sudah disebutkan, jika kita memandang keberadaan suatu objek dalam dimensi ruang dan waktu, ‘ada’ dalam suatu ruang dan waktu dapat juga dikatakan ‘tidak ada’ dalam ruang dan waktu yang lain. Jika sebuah objek berada di tempat tertentu, berarti objek tersebut tidak ada di tempat lainnya, begitu pula jika objek itu ada di suatu waktu tertentu, bisa juga objek itu tidak ada di waktu lain.
Lanjutan>>


Sebagai gambaran, saya memiliki janji dengan seseorang untuk berkunjung ke rumah teman pada jam 13.00 siang nanti. Tiba-tiba saya menerima kabar bahwa saudara saya ada yang kecelakaan dan sekarang di rumah sakit. Karena saudara saya kondisinya kritis dan tidak ada kerabat dekat yang menjenguk, maka saya terpaksa membatalkan janji saya untuk berkunjung ke rumah teman dan memilih untuk menunggui saudara saya di rumah sakit. Pada jam 13.00 siang ini, posisi saya berada di rumah sakit, bukannya di rumah teman saya. Dalam hal ini, saya dikatakan ‘tidak ada’ jika ditinjau dari ruang rumah teman. Akan tetapi saya dikatakan ‘ada’, yakni pada ruang rumah sakit.
Filsafat merupakan pemikiran dari diri kita sendiri. Apa yang ada di dalam pikiran dan yang di luar pikiran. Filsafat yang masih ada dalam pikiran kita sendiri disebut idealis. Persoalannya adalah bagaimana menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran kita kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengerti. Sedangkan filsafat yang ada di luar pikiran kita disebut realistis. Peran kita adalah bagaimana memahami hal-hal yang ada di luar pikiran, sehingga dapat berjalan senada dengan yang sebelumnya kita pikirkan.
Berkomunikasi dalam filsafat sama saja beradu pikiran. Apa yang ada dalam pikiran kita tidak selamanya sama dengan yang ada dalam pikiran orang lain. Jalan untuk bisa saling berkomunikasi yaitu dengan saling menjelaskan apa yang ada dalam pikiran diri kita sendiri kepada orang lain agar bisa dipahami. Begitu juga sebaliknya, kita berusaha memahami jalan pikiran orang lain yang sifatnya di luar pikiran kita, dengan cara merubah pandangan.
Pemikiran dari seorang filsuf tidaklah sama satu dengan yang lainnya, karena menyangkut kulitas kedua, ketiga dan keseluruhan. Kembali lagi, karena filsafat berasal dari diri sendiri. Yang sama yaitu kualitas pertama yaitu kualitas pertama yaitu formalnya. Apa yang ada dalam pikiran memiliki ideal sehingga substansi ontologisnya bersifat sama. Tokoh filsafat yang mengkaji idealis adalah Plato, sedangkan realistis adalah Aristoteles.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar