Antara Ada Dan Tiada
Seperti yang diketahui, objek filsafat berupa yang ada dan yang mungkin ada. Di dalam filsafat sebuah eksistensi terikat ruang dan waktu. Seperti misalnya Apakah yang dimaksud ‘ada’? Mengapa yang ‘tidak ada’ itu ‘ada’? Dalam pemikiran pada umumnya, jika suatu objek dianggap ada maka objek tersebut eksis secara nyata. Artinya objek tersebut dapat dilihat, disentuh maupun dirasakan keberadaannya. Sedangkan yang tidak ada berarti nihil, atau tidak nampak, tidak dapat disentuh dan dirasakan keberadaannya.
Dalam
filsafat, keberadaan suatu objek dikaitkan dengan ruang dan waktu. ‘Tidak ada’
tidak berarti tidak eksis, sedangkan yang ‘ada’ tidak berarti objek tersebut
selalu ada. ‘Tidak ada’ bisa juga disebut ‘ada’. Mengapa bisa demikian? Seperti
yang sudah disebutkan, jika kita memandang keberadaan suatu objek dalam dimensi
ruang dan waktu, ‘ada’ dalam suatu ruang dan waktu dapat juga dikatakan ‘tidak
ada’ dalam ruang dan waktu yang lain. Jika sebuah objek berada di tempat
tertentu, berarti objek tersebut tidak ada di tempat lainnya, begitu pula jika
objek itu ada di suatu waktu tertentu, bisa juga objek itu tidak ada di waktu
lain.
Lanjutan>>
Lanjutan>>
Sebagai
gambaran, saya memiliki janji dengan seseorang untuk berkunjung ke rumah teman
pada jam 13.00 siang nanti. Tiba-tiba saya menerima kabar bahwa saudara saya
ada yang kecelakaan dan sekarang di rumah sakit. Karena saudara saya kondisinya
kritis dan tidak ada kerabat dekat yang menjenguk, maka saya terpaksa
membatalkan janji saya untuk berkunjung ke rumah teman dan memilih untuk
menunggui saudara saya di rumah sakit. Pada jam 13.00 siang ini, posisi saya
berada di rumah sakit, bukannya di rumah teman saya. Dalam hal ini, saya
dikatakan ‘tidak ada’ jika ditinjau dari ruang rumah teman. Akan tetapi saya
dikatakan ‘ada’, yakni pada ruang rumah sakit.
Filsafat
merupakan pemikiran dari diri kita sendiri. Apa yang ada di dalam pikiran dan
yang di luar pikiran. Filsafat yang masih ada dalam pikiran kita sendiri
disebut idealis. Persoalannya adalah bagaimana menjelaskan apa yang ada di
dalam pikiran kita kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengerti.
Sedangkan filsafat yang ada di luar pikiran kita disebut realistis. Peran kita
adalah bagaimana memahami hal-hal yang ada di luar pikiran, sehingga dapat
berjalan senada dengan yang sebelumnya kita pikirkan.
Berkomunikasi
dalam filsafat sama saja beradu pikiran. Apa yang ada dalam pikiran kita tidak
selamanya sama dengan yang ada dalam pikiran orang lain. Jalan untuk bisa
saling berkomunikasi yaitu dengan saling menjelaskan apa yang ada dalam pikiran
diri kita sendiri kepada orang lain agar bisa dipahami. Begitu juga sebaliknya,
kita berusaha memahami jalan pikiran orang lain yang sifatnya di luar pikiran
kita, dengan cara merubah pandangan.
Pemikiran
dari seorang filsuf tidaklah sama satu dengan yang lainnya, karena menyangkut
kulitas kedua, ketiga dan keseluruhan. Kembali lagi, karena filsafat berasal
dari diri sendiri. Yang sama yaitu kualitas pertama yaitu kualitas pertama
yaitu formalnya. Apa yang ada dalam pikiran memiliki ideal sehingga substansi
ontologisnya bersifat sama. Tokoh filsafat yang mengkaji idealis adalah Plato,
sedangkan realistis adalah Aristoteles.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar