Selasa, 27 Desember 2016

Hidup Bagai DIatas Perahu

Dibalik keindahan sebuah lautan yang terbentang luas, ada perasaan berbeda apabila kita benar-benar berada diatasnya, lautan yang kita lihat seluas mata memandang seolah-olah tiada tepian lagi selain tepian yang sedang kita pijak. Gelombang ombak seolah-olah menyambut dan mengajak kita untuk ikut dalam riaknya. yaitu perasaan senang /takjub terhadap kekuasaan Allah Swt. dan perasaan ketakutan atas ancaman gelombang yang maha dahsyat.
Marilah kita renungkan sejenak tentang Perjalanan hidup kita. Hidup ini bagaikan perahu layar yang berlayar ditengah lautan yang hanya mengandalkan angin untuk berlayar agar sampai didermaga tujuan. Sang nahkoda harus benar-benar pintar dalam membaca dan memanfaatkan arah angin, sehingga perahunya dapat berlayar dengan kencang dan cepat sampai ditempat tujuan.
Perahu adalah diri kita, Nahkoda adalah akal dan pikiran kita, Lautan itu adalah bumi tempat kita hidup, Angin adalah kesempatan dalam hidup kita, Ombak besar dan Badai adalah rintangan dalam kehidupan kita, dan dermaga tujuan adalah cita-cita hidup kita
Akal pikiran kita sebagai nahkoda harus bisa mengendalikan diri kita sebagai perahu dalam mengarungi hidup, untuk bisa mencapai dermaga yang kita cita-citakan kita harus bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang datangnya seperti angin, yang kita sendiri tidak tahu kapan dan kapan angin akan datang dan pergi, kita juga tidak bisa mengetahui angin yang datang akan besar dan kecil. Kita sebagai manusia hanya bisa menerka dan menerka sambil mencoba meramalkan sesuai dengan kebiasaan yang pernah terjadi. kita juga harus memilki tulang kawat urat besi untuk mengalahkan ombak besar dan badai yang merintangi perjalanan hidup kita
Kita harus pandai dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang baik, jangan pernah berkata tidak untuk kebaikan, tidak mudah menyerah, dan selalu berdoa dan berusaha untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.🙂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar