“Kalau hidup hanya sekedar hidup, kera dihutan juga hidup.
Kalau kerja hanya sekedar kerja, kerbau disawah juga bekerja”[1].
Seperti itu lah Buya Hamka menggambarkan manusia, hidup
jangan hanya sekedar hidup saja, tapi hidup juga harus berfikir bagaimana cara
menjalani hidup yang baik. Berfikir sering kali diartikan oleh orang kebanyakan
adalah suatu cara orang berfilsafat, berfilsafat didorong oleh keinginan untuk
memahamkan apa yang telah kita ketahui dan untuk mengetahui apa yang belum kita
ketahui. Berfilsafat bisa juga diartikan dengan merendahkan hati bahwa tidak
semuanya mampu kita ketahui dalam alam semesta ini.
Bekerja jangan asal bekerja, tapi bekerjalah dengan ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang selalu kita geluti sejak kita memasuki bangku
pelajaran Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Berfilsafat dengan ilmu bearti
kita harus jujur dengan diri kita sendiri, akan apa yang kita ketahui tentang
ilmu, bagaimana ilmu memberikan kita pengetahuan tentang sesuatu yang belum
kita ketahui.
Berfilsafat secara dasariah adalah salah satu cara untuk
mengetahui siapa kita, potensi apa yang kita miliki, dan apa orientasi kita
terhadap suatu bidang ilmu yang harus kita kuasai dengan cara memunculkan
pertanyaan untuk diri kita. Siapa aku? Ingin kemana aku? Apa tujuan hidup aku?.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering, dan pasti akan selalu muncul oleh
para filosof sebelum memahami apa hakekat yang sebenarnya dari filsafat,
mencari dan terus mencari sebuah kebenaran dari suatu cabang ilmu merupakan proses
dari berfilsafat.
Pengertian Filsafat
Berbicara soal filsafat ingatan kita cendrung akan teringat
kepada sebuah negara yaitu Yunani Kuno, ya dari negara inilah kata filsafat
berasal yang berasal dari dua suku kata “philos” dan “shofia”. Philos bearti
cinta yang sangat mendalam dan shopia adalah kearifan atau kebijaksanaan.
Secara harfiah dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah kecintaan yang sangat
mendalam akan kearifan dan kebijaksanaan.
Seseorang yang sedang berfilsafat diumpamakan laksana orang
yang sedang menginjakkan kakinya dibumi, sedangkan dia menengadah jauh kelangit
melihat bintang-bintang dimalam hari, seakan dirinya ingin menembus gelapnya
malam untuk mengetahui sebuah kebenaran dibalik cahaya bintang dan kegelapan
yang menyelimuti malam. Atau bagaikan seorang yang berdiri di atas bukit yang
tinggi yang kemudian melihat kelembah dan ngarai, dia ingin menyibak sebuah
kebenaran dibawah lembah yang dalam dan kelam, dia ingin menghadirkan dirinya
dalam sebuah kenyataan alam semesta yang ditatapnya.
Sebelum membahas tentang pengertian filsafat ada baiknya
kita singgung sedikit terkait karakteristik filsafat, dalam sebuah buku
Filsafat Imu Sebuah Pengantar Popular menuliskan karakteristik filsafat[2] itu
adalah pertama menyeluruh, seorang ilmuwan atau filosof tidak akan pernah puas
dengan memahami sebuah ilmu dari sudut pandang ilmu itu sendiri, kadang mereka
berusaha menemukan sebuah konstelasi hakekat sebuah ilmu dari sudut pandang
ilmu yang lain. Apakah itu dilihat dari sudut pandang moral, agama, sosial,
politik, lingkungan dan berbagai aspek lainnya. Dari sinilah muncul sifat
filsafat itu secara menyeluruh melihat dan memahami hakekat kebenaran dari
sebuah ilmu itu dari berbagai sudut pandang, kajian dan penelitian.
Karakteristik kedua filsafat adalah mendasar, orang yang
berfilsafat tidak hanya menengadahkan pandangannya melihat bintang, tapi juga
sering dan selalu melihat tempat dia menginjakkan kakinya, bahkan sampai jauh
kedasar tempat dia berpijak. Dia tidak percaya begitu saja akan kebenaran ilmu,
dia akan selalu bertanya dan bertanya hingga memunculkan siklus pertanyaan
melingkar yang dimulai dari suatu titik permulaan pertanyaan, Mengapa ilmu
dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian kriteria kebenaran? Dan masih
banyak lagi pertanyaan-pertanyaan hingga dia menemukan sndiri kebenaran atau
bantahan dari sebuah kebenaran ilmu.
Karakteristik filsafat yang ketiga adalah spekulasi, terus
terang kita tidak akan mampu memahami seluruh pengetahuan yang ada secara
keseluruhan dan bahkan kita juga tidak yakin akan sebuah titik awal yang
menjadi jangkar pemikiran secara mendasar. Dalam hal ini kita hanya butuh
berspekulasi terhadap sebuah penggalian dan pencarian kebenaran akan ilmu.
Menyusur sebuah lingkaran pertanyaan kita harus mulai dari suatu titik
spekulatifnya, yang penting dalam proses, analisis dan pembuktian kebenaran
ilmu, kita mampu memisahkan spekulasi mana yang bisa diandalkan dan mana yang
tidak bisa diandalkan.
Setelah membahas karakteristik filsafat, selanjutnya kita
coba secara singkat pengertian filsafat. Kajian secara teori, banyak pakar ahli
filsafat mendefenisikan tentang filsafat, diantaranya :
Conny Semiawan, at al (1998 : 45)[3] menyatakan bahwa
filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan
(science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
Suriasumantri (2005) menyatakan bahwa filsafat sebagai
bagian dari sebuah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang memunculkan
lingkaran pertanyaan untuk mencari proses pembenaran, yang dimulai dari sebuah
titik awal pertanyaan yang sangat mendasar tentang apa yang ditelah oleh ilmu?.
John Brubcher, Mengemukakan filsafat berasal dari bahasa
Yunani Philosophia, terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Harun Nasution, filsafat ialah berpikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dan agama) dan dengan
sedalam-dalamnya, sehingga ke dasar-dasar persoalan.
Imam Barnadib, Menyebut filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis. Disebut menyeluruh, karena filsafat bukan hanya
sekedar pengetahuan, malinkan suatu pandangan yang dapat menembus di balik
pengetahuan itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, terkait apa itu
filsafat? Filsafat adalah induk dari semua ilmu dan awal dari langkah mencari
dan pembuktian akan kebenaran sebuah ilmu yang sudah ada sebelumnya dan
melahirkan akan kebenaran ilmu pengetahuan dengan cara penelitian yang
menggunakan akal budi mengenai hakekat segala yang ada, sebab, asal usul dan
hukumnya.
Hubungan Manusia dan
Filsafat
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang telah mencapai
derajat sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, termasuk
diantaranya malaikat, jin, binatang dan lain-lain. Diantara kesempurnaan itu
terlihat dari ciri-ciri manusia yang memiliki jasmani (fisik) yang terdiri dari
kapur, air dan tanah yang bagus, ruh yang berfungsi untuk menggerakkan jasmani
dan jiwa yang didalamnya ada rasa dan perasaan, yang terdiri dari 3 unsur :
· Syahwat (Lawwamah) darah hitam, yang dipengaruhi
oleh sifat Jin, seperti rakus, pemalas, dan serakah.
· Ghodob (Ammarah) darah merah, yang dipengaruhi
oleh sifat setan, seperti sombong dan merusak.
· Natiqoh (Muthmainah) darah putih, yang
dipengaruhi oleh sifat malaikat, seperti bijaksana, tenang, berbudi luhur.
Otak merupakan alat dalam menjalankan dan mengendalikan jiwa
yang didalamnya terdapat tiga bagian, yaitu : Akal (timbangan) antara hak dan
yang bathil, Pikir (hitungan) tentang untung dan rugi, Zikir (ingatan) tentang
menghambbakan diri kepada sang pencipta.
Filsafat adalah induk semua ilmu yang ada dalam semesta ini,
manusia berfilsafat guna mencari kebenaran dari sebuah ilmu, manusia
berfilsafat untuk melatih otak yang diberikan oleh Allah untuk berfikir,
berfikir apabila memakai sifat Natiqoh maka akan tercipta sebuah penemuan yang
bermanfaat dari cabang filsafat ilmu, jika otak dipakai dengan menggunakan
Syahwat dan Ghodob maka akan menghasilkan filsafat ilmu yang lebih banyak
mudharat dari manfaatnya, seperti contoh, ditemukannya semacam virus H2C dalam
ilmu kesehatan, yang kemudian disebar keseluruh dunia dan dikenal dengan nama
penyakit HIV.
Begitulah hubungan antara manusia dan filsafat yang saling
mengisi, manusia mempelajari ilmu yang kemudian disebut berfilsafat, filsafat
memberikan titik temu antara kebutuhan manusia dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam menguak sebuah kebenaran dari cabang ilmu. Selagi manusia
masih berfikir positif maka akan terus tercipta pembaharuan-pembaharuan dari
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia berikutnya dan akan lahir
peradaban-peradaban baru dalam dunia ini. Namun apabila manusia sudah berhenti
berfikir atau berfikir negatif maka peradaban yang sudah ada akan hancur dan
terciptalah penemuan-penemuan yang menyesatkan dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang digeluti oleh filsuf.
Pentingnya Filsafat
Ilmu merupakan salah satu cabang pengetahuan yang berkembang
dengan pesatnya, perkembangan ilmu pengetahuan tak akan pernah lepas dari
kajian dan studi ilmiah. Filsafat merupakan induk semua ilmu dalam rangka
mencari pembenaran dalam sebuah ilmu pengetahuan.
Filsafat merupakan perbincangan untuk mencari hakekat dari
gejala yang ada atau mencari sesuatu dari segala yang ada. Dalam artian
filsafat adalah landasan utama dari segala hal, tumpuan dari segala hal, maka
jika salah dalam mengaplikasikan filsafat dalam kehidupan tentu akan sangat
berbahaya bagi kelangsungan kehidupan umat manusia.
Untuk itu perlu kita ketahui apa pentingnya filsafat bagi
manusia, secara teori pentingnya bisa dimaknai dengan apa manfaatnya filsafat
bagi manusia. Sebelum memahami arti penting filsafat tentu perlu juga kita
ketahui apa tujuan filsafat. Menurut Barber (1988)[4] tujuan filsafat sering
dicirikan dengan pencarian kepastian dan kebenaran, bukan hanya mengejar kemurnian
metodologis atau pemahaman yang kritis pada diri sendiri. Kepastian merujuk
pada kebebasan dari kontingensi dan aspirasi untuk mencapai pengetahuan yang
tak tergoyahkan.
Belajar filsafat mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang
muncul dalam otak manusia, merenungi setiap detik hembusan nafas yang keluar
dari dalam rongga hidung, memahami setiap detak nadi yang terletak
dipergelangan tangan kita.
Beberapa manfaat atau pentingnya filsafat bagi manusia,
pertama bisa dikelompokkan pentingnya filsafat bagi diri sendiri, kedua,
pentingnya filsafat bagi umat (manusia), ketiga, pentingnya filsafat bagi ilmu
pengetahuan.
Pentingnya filsafat untuk diri sendiri :
Ø Filsafat memberikan ketentraman dalam hal pemikiran, dan
segala sesuatu itu tidak nampak seperti apa adanya.
Ø Filsafat mengantarkan manusia pada derajat yang dijanjikan
Allah, derajat kemulian.
Ø Filsafat mampu menjawab pertanyaan siapa kita, mau kemana
kita
Ø Berfilsafat mampu memberikan kepuasan diri dalam hal
pencarian kebenaran yang sebenarnya.
Ø Berfilsafat mampu membuat kita untuk berfikir kritis dan
mengembangkan kemampuan kita dalam hal menyampaikan pendapat yang benar,
menalar dengan jelas, membedakan argument yang baik dan buruk.
Pentingnya filsafat bagi umat :
Ø Filsafat akan membimbing manusia menemukan jawaban dari
semua pertanyaan yang ada dalam pemikiran manusia.
Ø Filsafat akan memberikan manusia pandangan hidup, cara dan
untuk bertahan hidup.
Ø Menjadi sumber inspirasi dan pedoman dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti ekonomi, politik, sosial, dan agama.
Ø Filsafat mengajarkan manusia untuk berfikir secara
bijaksana dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupannya
dengan cara berfikir secara logika.
Pentingnya filsafat bagi ilmu pengetahuan :
Dalam penelitian ilmu pengetahuan selalu berhubungan dengan
apa yang dilhat, atau yang sering disebut dengan menggejala atau mewujud. Jika
kehidupan pengetahuan itu diibarat dengan pohon, maka filsafat adalah akarnya,
sedangkan batang, daun, ranting, dahan, bunga dan buah menjadi cabang ilmu
pengetahuan yang ada didalamnya.
Sebagai induk (akar) dari semua ilmu pengetahuan, filsafat
akan terus berkembang untuk melahirkan penemuan-penemuan baru dibidang ilmu
pengetahuan, sebagai contoh, pada tahun 90-an di Indonesia untuk berkomunikasi
dengan sahabat, sanak saudara yang ada diperantauan kita harus terlebih dahulu
pergi kewartel, atau mengirimkan surat, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
sekarang manusia sudah bisa mengasih kabar berita kepada kawan melalui Short
Message Service (SMS) melalui handphone yang dimiliki.
Dalam filsafat akan selalu orang mempersoalkan akar masalah,
manusia tidak mau menerima begitu saja, seperti dulu orang mengganggap bahwa
bumi ini datar dan pasti ada ujungnya, namun berkembangnya ilmu maka
ditemukanlah bahwa bumi ini bulat. Filsafat menguak keterbatasan manusia untuk
mengetahui semua ilmu pengetahuan, dengan berfilsafat yang tersembunyi dibalik
lampisan bumi yang terdalam.
Berfilsafat dalam ilmu pengetahuan akan memunculkan hakekat
kebenaran dari sebuah ilmu yang selama ini diyakini oleh manusia. Berfilsafat
akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang akan bermanfaat bagi manusia.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan pentingnya
filsafat bagi manusia, untuk menjaga stabilitas keilmuan yang sudah ada dengan
terus dimodifikasi dengan penelitian ilmiah, mencari hakekat kebenaran dari
ilmu, dan menciptakan ilmu pengetahuan yang berguna bagi generasi selanjutnya
guna meneruskan peradaban dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar