Selasa, 27 Desember 2016

FILOFOSI "TUT WURI HANDAYANI"

Ketika berbicara mengenai filosofi kepemimpinan, ternyata Indonesia juga memiliki filosofi yang memiliki makna yang cukup mendalam. Filosofi tersebut dijabarkan dalam tiga kalimat berbahasa Jawa : : ”Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, yang menciptakan filosofi ini saat mendirikan Taman Siswa sebagai tempat belajar bagi pribumi pada masa penjajahan Belanda.
Pada awalnya filosofi ini ditujukan kepada pendidik agar bisa menginspirasi, memberikan teladan dan memotivasi siswanya. Namun filosofi ini ternyata sangat pas pula untuk seorang pemimpin , karena sejatinya seorang pemimpin bersesuaian dengan figur seorang guru yang mendidik murid-muridnya.
Apa sih makna dari ketiga filosofi tersebut? Yuk kita bahas bersama.
1.    Ing Ngarsa Sung Tuladha
”Ing Ngarsa Sung Tuladha” berarti dari depan memberikan teladan. Seorang pemimpin merupakan orang yang akan dilihat oleh seluruh orang yang dipimpinnya. Sehingga, sebagai pemimpin harus bisa menjadi teladan, pembimbing, dan memberikan contoh kepada yang dipimpin. Ketika seorang pemimpin itu di depan, ia tidak serta merta hanya memerintah. Seorang pemimpin harusnya memberikan teladan dan tanggungjawab untuk membawa kepada visi bersama yang telah direncanakan.
2.     Ing Madya Mangun Karsa
”Ing Madya Mangun Karsa” berarti di tengah menggugah semangat. Seorang pemimpin dalam ketika berada di tengah-tengah yang dipimpin harus bisa mengayomi, menjalin kebersamaan, dan memotivasi untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin harus bisa merangkul yang dipimpinnya, mau menerima kritik dan saran, serta mampu menggugah semangat bersama untuk meraih visi bersama. Saat di tengah-tengah pemimpin harus bisa membuat atmosfer organisasi menjadi positif, sehingga akan muncul semangat bersama untuk saling memotivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
3.    Tut Wuri Handayani
”Tut Wuri Handayani” berarti dari belakang memberikan dorongan. Seorang pemimpin juga harus bisa menempatkan diri di belakang untuk mendorong individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya berada di depan untuk memperoleh kemajuan dan prestasi. Pemimpin diharapkan mampu untuk mendidik dan mengembangkan yang dipimpinnya agar terbentuk pula pemimpin-pemimpin baru sehingga tercipta proses regenerasi. Sesuai dengan kata pepatah yang menyebutkan Pemimpin yang baik adalah ia yang mampu menyiapkan pemimpin selanjutnya yang lebih baik dari dirinya.

Dari tiga kalimat dalam filosofi di atas, kita dapat belajar bagaimana seharusnya seorang pemimpin itu memberikan sebuah peran kepada yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang baik harus bisa menempatkan diri dan peka terhadap lingkungan sekitar. Pemimpin harus bisa menempatkan diri di depan untuk memberikan teladan, di tengah untuk memberikan semangat, dan di belakang untuk memberikan dorongan, demi tujuan yang disepakati bersama.
Kita semua berharap Negeri ini akan banyak memiliki pemimpin yang mampu benar-benar memimpin sesuai dengan filosofi kepemimpinan tadi. Bukan pemimpin yang hanya mementingkan ego pribadi dan golongan, tapi pemimpin yang mampu menginspirasi dan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Buat Ibu Pertiwi tersenyum dengan karya kita, mari menjadi pemimpin yang luar biasa untuk Indonesia. 


1 komentar: